25.4.10

this morning

Ga biasanya gue bangun pagi dan punya keinginan buat blogging.
Heilow, morning people.!
How was your sleep.?
Hari ini mau ngapain aja.?
*Shht, kalimat2 itu yang sering gue dan dia gunain untuk saling menyapa di pagi hari.*

Gue bangun pagi ini dengan perasaan bingung. Ga tau mesti bersikap gimana. Masih ragu dan bimbang. Kayak kosong.
Menatap langit2 dan mengingat2 apa yang terjadi kemaren. Mengingat setiap detailnya. Bertanya2 apakah itu semua nyata buat gue.

Mungkin yang gue dan dia butuhin adalah jarak dan waktu.
Biar bisa sama2 berpikir apakah dia/gue yang gue/dia cari.

Ada yang bilang cara seseorang nyelesaiin masalah akan menunjukkan kedewasaan dirinya.
Ternyata dia ga sedewasa yang gue pikir.
Atau mungkin itu cara yang digunakan oleh orang 'dewasa-usia' saat ini.?

Jujur gue masih berharap bahwa ini semua bukan kenyataan. Boleh kan kalo gue sedikit berharap bahwa ini mimpi.? Atau setidaknya semua kecurigaan gue akan patah dengan sikap manis dia hari ini.

Sikap manis.
Gue kangen itu dari dia.
Gue kangen 'sikap manis'nya dia.
Sikap yang memang ga bisa dibilang romantis tapi bisa bikin gue seneng dan ketawa.
Sikap yang ga menggombal dan memuja melainkan sebuah hal yang 'menginjak bumi' itu bikin gue 'terbang'.

Temen2 gue, d'manoharas, bilang kalo tangisan itu artinya adalah titik dimana lo udah cape dan sadar sehingga akhirnya memutuskan buat berenti.
Tapi kayaknya tangisan gue ini adalah murni kesedihan mengingat2 masa dulu dan sekarang.

Ternyata gue ga segitunya buat dia.
Ternyata segini aja arti gue buat dia.
Ternyata dia ga bisa nunggu sampe kita ketemu buat nyelesaiin masalah ini.

Apa yang salah dari gue.?
Kenapa gue ga dikasih kesempatan buat denger semuanya dengan jelas.?
Kenapa dia ga bisa kasih gue waktu buat tunggu sampai kita bisa ketemu.?
Apa dia udah 'give up on me'.? *sebuah pernyataan yang kadang suka kita minta untuk jangan pernah terjadi pada diri kita satu sama lain*

Please gue mau tangis ini jadi tangis karena gue cape dan ga tau lagi harus gimana. Bukan tangis kesedihan biasa.

Yang gue sesalin adalah kenapa kita ga bisa selesaiin semuanya dengan jelas.? Kenapa harus lewat cara ga langsung buat nunjukin bahwa it's time to stop.? Semakin dia berusaha keras buat nunjukin bahwa dia udah ga mau lagi sama gue, semakin dia terlihat konyol di mata gue. Semakin terlihat bahwa gue terlihat bodoh dan mengiba buat dia.

Mungkinkah ini belum final.? Bisa kan kita 'koma' dulu sebelum akhirnya 'titik'.?

Please, aku masih berharap kita ketemu secara langsung dan bener2 ngobrol.
Please jangan dengan cara konyol gini.
Aku tau,, sekarang atau nanti, lewat cara ga langsung atau langsung, tidak bertemu atau bertemu memang akan sama aja hasilnya.
Tapi percaya deh, akan beda rasanya.
We're adult. We should act as adult. Don't be silly. That only belongs to kid.

--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates