10.4.10

tanggung jawab

Jakarta, no I mean, Indonesia lagi hebooohh gara2 pengakuan seorang artis di sebuah infotainment bahwa benar dia adalah ayah dari seorang bayi yang sempat lahir tanpa ayah. Heboh seheboh2nya karena ibu sii bayi ga mau ngungkapin siapa laki2 yang menyebabkan kehamilannya.

Infotainment pun mulai rungsing kesana kemari nyari siapa bapaknya. Kesebutlah beberapa nama. Dan akhirnya salah satu nama tersebut mengaku bahwa dialah sang ayah yang selama ini dicari2.

--

Tanggung jawab itu sangat susah yah.? Apalagi mengakui bahwa sesuatu yang kita lakukan adalah sebuah hal yang salah.
Kenapa.? Bisa jadi takut ga diterima orang lain, takut dihujat, takut dicap.
Kenapa takut.? Karena emang salah.

Salah dan benar itu siapa yang memutuskan.? Kadang manusia juga sih. Memang ada beberapa yang ada panduan sah nya, tapi ada juga yang terjadi begitu saja. Sebuah hal yang salah bisa jadi lama2 akan jadi benar kalo dilakukan terus menerus. Akan ada satu titik sampai akhirnya sebuah hal yang salah itu akan dianggap wajar hingga mendapat pembenaran.

Gue ga tau ini ada hubungannya apa gak. Tapi sebagai anak komunikasi yang percaya bahwa budaya itu berhubungan juga dengan bahasa *salah satunya* maka coba lihat beberapa ungkapan berikut :
- leher gue sakit, kayaknya salah bantal.
- celana gue kesempitan nih.
- tangan gue biru, kayaknya dicubit setan.
- I cut my finger.
- I broke my leg.

Pasti pernah kan denger istilah2 di atas.? Dari situ aja jelas bahwa indonesian selalu mencoba menyalahkan hal lain instead of looking at him/herself to see what's wrong *baca : instropeksi diri..*

Leher sakit, kok bantal yang disalahin.?
Gendutan kok celana yang disalahin.?
Tangan kepentok kok setan yang disalahin.?

Gue inget waktu kecil gue pernah nanya sama nyokap tentang baju lama gue yang menurut beliau sudah kesempitan,"mama, bajunya kenapa sih.?emang bisa mengecil yah.?" ,, "bukan,kau nya yang udah gede..."

Coba lihat dua istilah terakhir yang gue buat di atas : I cut my finger; I broke my leg.
Dua kalimat diatas bukan berarti subjek sengaja memotong jari atau mematahkan kakinya. Tapi itu adalah kejadian yang ga sengaja dilakukan dan dia mengakui bahwa itu adalah perbuatannya.

Lihat lagi contoh berikut:
- gue potong rambut di salon.
- I have my hair cut -by hair stylist-.

Kalimat pertama subjek mengaku bahwa dialah yang memotong rambutnya sendiri. padahal kita tau kalo potong rambut di salon pasti orang salon yang motongin.
Kalimat kedua subjek berkata bahwa rambutnya dipotong -oleh tukang salon-.

See, dari bahasa aja udah bisa dilihat pola kebudayaan yang dianut oleh pemilik bahasa tersebut. Gue ga mau mencoba menyimpulkan, karena takut akan menggenaralisasi. Tapi dengan pembahasan yang cukup jelas ini gue yakin yang baca blog gue ini bisa mengambil kesimpulan sendiri.


--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates