22.3.12

one night at tukang jait

cerita ini berawal dari hebohnya keluarga besar gue dari sebelah nyokap yang mau menikah.
yang mau nikah itu adalah sepupu langsung nyokap gue *kayaknya gue udah cerita yah anaknya nenek muda mau nikah.?*

well., karena gue diwajibkan datang,. maka gue pun cukup bingung mau pake baju apa.
akhirnya memutuskan pake kebaya wisuda gue.
malam itu gue fitting dulu,. malu dong kalo udah jauh2 bawa kebaya dan ternyata pas hari H ga muat. hihihihi.
setelah susah payah pake bustier nya., gue pun pakein kebayanya.
yang namanya pake bustier dan kebaya itu ga bisa sendirian. mesti dibantu sama orang lain.
tapi karena gue tinggal sendiri dan ga mungkin minta tolong kakak laki2 gue., maka gue berusaha keras pake bustier dan kebaya.. sampe akhirnya kebaya gue sobek di bagian tangan kanan karena gue tarik2.

ok.
gue bingung.
tanya kakak2 ipar gue katanya bawa ke tukang jait minta ditambel atau ditisik.
pas gue mau ke penjahit tempat gue jait kebaya ini., dari tetangga sebelah rumah gue denger kalo sii mba penjait udah ga di sana lagi., doi pindah ga tau kemana.
astaga. kemana lagi gue mesti jaitin kebaya ini.?

dan di sinilah cerita itu bermula...
pulang kantor ini gue mampir ke salah satu tukang jait yang tokonya agak besar di Pasar Slipi. setelah menjelaskan perihal baju sobek gue., sang tukang jait dan para karyawannya mencoba mencari solusi.
sambil menunggu mereka mengerjakan kebaya gue, gue dipersilahkan duduk sama istri tukang jait itu. sambil ngejait, dia ngobrol2 sama gue.
obrolannya awalnya sih lumayan gengges menurut gue. nanya kebayanya mau dipake kapan, buat apa. trus ujung2nya nanya apa gue udah nikah apa belum, kapan mau nikah.

damn.! such an impolite question.
tapi yah sudahlah. maklumi saja. sampai kita ngobrol2 mengenai baju adat yang nantinya akan gue pake saat gue nikah dan juga adat Sunda yang dia pakai saat menikah.
katanya.,"kalo nikah yang pake siram2an itu mah budget nya besar mba. yang penting mah syah, khidmat, dan khusyu"..
gue sih cengar cengir aja.

sambil ngejait dan sesekali ngobrol sama gue atau dengan orang sekitar, gue perhatikan sang istri ini.
wajahnya teduh, damai, cantik.
sesekali sambil menjait bibirnya mengikuti alunan pengajian yang terdengar dari pengeras suara mesjid pasar ini.

ga lama salah satu karyawannya bawa kebaya gue yang cuman dijait pake benang warna serupa. gue sih udah cukup pasrah dan menyerahkan kebaya tersebut terserah mau digimanain. yang penting ga keliatan sobeknya. tapi sang suami tetap mau berusaha nyari kain yang serupa dengan kebaya gue buat ditambel. mereka sepakat untuk meminta gue jangan buru2 ambil keputusan, tapi usaha dulu.
sampai akhirnya sang suami ga menemukan kain yang serupa. dia menyarankan gue untuk ambil bunga2an kebaya gue dari bagian bawah dalam untuk kemudian ditempel di bagian yang sobek. gue pun setuju.

setelah kebaya gue selesai, kewajiban gue selanjutnya tentu saja membayar.
saat gue tanyakan harga, suami istri ini bingung.
mereka menyerahkan ke gue berapa aja seikhlasnya mau bayar berapa.
akhirnya gue serahkan uang yang gue perkirakan harga yang pantas.
sang istri nanya apa gue ikhlas. dan saat gue jawab ikhlas, sepintasan ia seperti berdoa bahwa keikhlasan gue menjadi barokah lillahi ta'ala buatnya.
gantian gue yang bengong.

gue bener2 impressed sama nilai2 yang dianut tukang jait ini.
sama teduhnya wajah sang istri, usahanya sang suami, dan keikhlasan mereka.
Alhamdulillah Allah kasih gue scenario kebaya gue sobek biar gue bisa ketemu mereka.

terima kasih ya Allah.
dan semoga suami istri itu terus berkah.
amin.


--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates