25.3.12

asal muasal

baru juga 2 menit tulisan gue yang tadi gue publish., udah muncul ide lain untuk blogging.
alhamdulillah :)

semalam gue terlibat pembicaraan cukup seru sama sii aa.
berawal dari cerita gue yang baru aja nonton DVD Opera Jawa, terus berlanjut berlanjut ngomongin malam satu suro.

film Opera Jawa yang gue tonton ini sebenernya bagus sih.
bentuknya tarian dan nyanyian Jawa.
ada translation nya dalam bahasa Inggris. tapi bahasa Inggris nya pun gue ga ngerti.
gue rasa bahasa Jawa yang dipake adalah bahasa jaman Majapahit dan translation nya pun jaman Frankenstein.
cukuplah bagi gue bertahan selama 40 menit nontonnya. gue ga ngerti simbol2 yang dipresentasikan lewat gerak dan tarian para pemainnya.

balik ke pembicaraan di telfon dengan sii aa.
dia sedikit menyinggung mengenai perayaan Malam Satu Suro.
namun bukannya menjelaskan lebih lanjut, dia malah melontarkan pertanyaan2 seperti kenapa ga boleh nikah saat Malam Satu Suro, lanjut ke pembicaraan mengenai penghitungan hari baik dan hari buruk untuk menikah.

penghitungannya tuh gini :
tanggal lahir calon pengantin, tanggal lahir orang tua calon pengantin, tanggal lahir kakek calon pengantin.
trus ntar ada penghitungannya kapan tanggal dan jam yang baik bagi pengantin untuk menikah.
logikanya., jika ternyata tanggal yang semula kita tetapkan untuk menikah ternyata adalah tanggal ketika kakek calon pengantin meninggal kan artinya ga sopan. saat tanggal dimana seharusnya kita berdoa mendoakan orang yang sudah tiada eh kita malah pesta2.

bahkan sii aa berani menjamin untuk menghitung ulang tanggal pernikahan pasangan yang sudah menikah dengan tanggal baik yang seharusnya mereka pilih. jika ternyata pasangan tersebut menikah tidak di tanggal baik tersebut, niscaya kehidupan pernikahan mereka ada aja masalahnya.
untuk satu ini, wallahualam :)

beberapa waktu yang lalu saat gue nonton drama musikal Gatot Kaca Jadi Raja, sii aa juga melontarkan pertanyaan instead of menjelaskan mengenai kisah Gatot Kaca.
kenapa Gatot Kaca dinamain Gatot Kaca.?

maka pagi ini, setelah terjadi pembicaraan semalam itu, gue buka netbook dan googling tentang Malam Satu Suro dan kisah Gatot Kaca.
inilah jawaban gue atas pertanyaan2 tersebut yang gue kirim ke e-mail dia pagi ini.

Malam Satu Suro adalah perayaan malam tahun baru dalam penanggalan Jawa.
ini berawal dari masa Sultan Agung yang ingin memadukan budaya Jawa dengan budaya Islam., maka ditentukanlah bahwa satu Suro yang juga satu Muharam sebagai tahun baru Jawa.
pada bulan ini masyarakat diminta untuk sadar diri., instropeksi diri., dan mengendalikan hawa nafsu.
manusia harus sadar dan waspada mengenai siapa dirinya di mata Tuhan dan waspada terhadap godaan setan. makanya pada bulan ini pantang bagi masyarakat Jawa untuk melakukan pernikahan.
karena pesta pernikahan yang biasa gemerlap ga sesuai sama nilai 'lelaku' atau mengendalikan hawa nafsu yang harus dijalani selama bulan Suro.

nilainya sih sebenernya lebih ke arah instropeksi diri. apa aja yang udah dilakukan selama setahun belakangan dan mau gimana ke setahun ke depan. dan instropeksi ini ga hanya dilakukan dalam satu malam saja tapi selama bulan Suro itu.

bener ga kayak gitu.? lebih kurangnya tambahin yaaahh..
oya., aa pernah tanya juga tentang kenapa Gatot Kaca dinamain Gatot Kaca. well., as i've said, aku tuh pernah baca tapi lupa. nih aku summarize lagi..

Gatot Kaca adalah anak dari Bima dan Arimbi.
nama Gatot Kaca sendiri diberikan karena waku lahir kepalanya mirip kendi. makanya dikasih nama Gatot Kaca yang berarti memiliki kepala seperti kendi. diambil dari bahasa Sansekerta.
waktu kecil namanya Jabang Tetuka.
Tetuka kemudian diminta oleh Narada untuk membantu kahyangan yang saat itu lagi diserang musuh. terus sii Tetuka ini hebat banget., makin dilawan dia malah makin kuat. akhirnya Patih Sekipu, musuh kahyangan itu minta Narada membesarkan Tetuka.
Narada kemudian menceburkan Tetuko ke Kawah Candradimuka. trus para dewa kemudian menceburkan berbagai macam pusaka ke kawah. trus Tetuka muncul lagi ke permukaan sebagai seorang laki2 dewasa dengan berbagai macam pusaka dewa melebur di dirinya. setelah itu ia bertempur lagi melawan Sekipu dan menang.
kemudian Kresna dan Pandawa nyusul ke kahyangan dan memotong taring Tetuka dan melarang Tetuka menggunakan sifat keraksasaannya.
Batara Guru raja kahyangan menghadiahi Tetuka seperangkat pakaian pusaka, dan sejak itu namanya berubah jadi Gatot Kaca.
itu hasil gue googling dan rangkuman dari beberapa artikel sih. hehehehe.
kalo dari kalian merasa ada yang kurang atau lebih, boleh loh dikoreksi. berhubung sii aa juga ga memberikan penjelasan apa2.

setelah puas dengan hasil googling gue, kok gue jadi merasa berkhianat yaah.
budaya Jawa gue cari sampe segitunya.
apa kabar budaya gue sendiri.?
hahahahaha.

gue pun mulai googling. dan emang literatur atau artikel mengenai budaya Sumatera Selatan jarang euy.
sebagai informasi tambahan, gue orang Sumatera Selatan.
biar gampang gue menyebut diri gue orang Palembang. tapi sebenernya gue bukan orang Palembang, melainkan orang Lahat, Pagar Alam.
sebuah kabupaten yang jaraknya 6 jam dari Palembang.
tapi kalo gue jelasin ke orang2 pasti mereka ga ngerti dan susah juga jelasinnya.
jadi yaa udah aja gue bilang gue ini orang Sumatera Selatan. hihihihi.

setelah googling dan baca2 cerita mengenai Si Pahit Lidah, tokoh legenda yang terkenal di Sumatera Selatan, gue pun googling lagu Gending Sriwijaya.
sebuah lagu yang biasanya dipakai untuk nyambut tamu dan mengiringi tarian.
lagu dan tarian ini juga biasanya dilakukan saat acara pernikahan.
makin iseng, gue download mp3 Gending Sriwijaya.
merinding euy dengerinnya.
gue pun cerita ke sii aa dan gue kirim hasil googling gue ke e-mail dia :

sedikit tentang kebudayaan sumatera selatan.
ini lirik lagu Gending Sriwijaya dan cerita tentang tari tanggai

Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka di zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di daratan se-Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.


Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
kali ini sih beneran gue copy paste dari wikipedia. abisnya ga ada sumber referensi lain sih.
oya., gue juga nemu web yang cukup seru., coba deh ceritarakyatnusantara.com untuk tau lebih lanjut soal kisah2 legenda di daerahmu.

well., inilah sedikit mengenai dua budaya.
kalo budayamu sendiri gimana.?


--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates