15.11.13

happiness

(tulisan ini dibuat Kamis, 14 Nov '13)

Another morning meeting on this week, fellas!

To be honest gue ga suka morning meeting. Butuh effort yang cukup besar untuk bangun pagi. Apalagi kalo lo abis 2 hari event di Bandung mengelilingin mall ciwalk dan kembali di Jakarta pukul 2 pagi. Terlebih lagi meeting nya ternyata sampe sore. Atau meeting pagi setelah semalemnya lo media gathering lalu lanjut ngerjain event report untuk dipresentasikan saat meeting.
I'm definitely not a morning person.

Tapi meeting pagi itu lebih efisien dari segi waktu. Setelah meeting lalu balik ke kantor dan bekerja seperti biasa atau mungkin melakukan yang tadi dibahas di meeting.
Dibanding after lunch meeting yang menurut gue agak kurang recommended. Lunch jadi buru2, mau balik ke kantor nanggung.

Gue lebih suka meeting sore hari menjelang pulang. Jadi beres meeting pulang deh. Ahahahaha.

Well., bosen ga sih baca posting gue isinya kerjaaaaaannnn muluuu..
Kalo ga meeting, event, kerja, report, proposal. Gitu aja terus yah kayaknya kehidupan gue.
Orang2 sekitar mulai dari kakak, maci (atau tante dalam bahasa Palembang), temen, bahkan Mba Boss pun ngingetin jangan kerja teruuus.

Kakak dan maci udah pasti ngebahas 'jangan kerja terus ntar keenakan kerja lupa nikah.. Umur udah pas, kerjaan ada, trus apa lagi?'

Temen2 ngingetin 'sibuk terus loooo.. Kerjaaa mulu.. Jangan jadi workaholic, sana cari pacar, buruan nikah'

Mba Boss bilang 'sana gih cuti.. Pacaraaann..'

Bahkan beberapa waktu lalu saat bbm-an dengan seorang sahabat, DA, yang sekarang sedang berbadan 2 membandingkan gue dengan boss nya di tempat kerja yang sekarang.

Ada 2 macam boss di sana.
Yang satunya semacam belum bertemu jodoh bahkan diduga belum pernah pacaran. Menurut DA, kepribadiannya ga asik dan garing. Kehidupannya kerjaaa terus bahkan di akhir pekan.
Sedangkan boss yang satunya sudah berkeluarga dan punya anak2. Kepribadiannya enak, nampak bahagia, dan bekerja tahu waktu karena tau di rumah ada keluarga yang menunggunya.

Gue merasa terganggu.
Rasanya picik jika mengukur kebahagiaan hanya dari sekedar 'bekerja, menikah, punya anak'.
Apa parameter bahagia?
Beda2 kan tiap orang.
Gue bahagia kok dengan hidup gue yang nampak sibuk dan wara wiri kesana kemari ngangkat2 kerdus atau basa basi dengan client.

Bukankah bahagia itu milik semua orang dan beda2 parameter kebahagiaannya?
Ga bisa bilang kebahagiaan sebagai sebuah stereotype sebagai 'bekerja, menikah, punya anak'.

Saat ini alhamdulillah dengan bangga gue bilang kalo gue bahagia dengan kehidupan yang gue jalanin.
Toh hidup itu adalah tentang pilihan. Gue bisa saja memilih menjalani dengan cara lain tapi apa gue bahagia?

Yang jelas, menurut gue lo ga bisa mengukur kebahagiaan orang lain pake parameter lo sendiri sehingga berhak mencap seseorang bahagia atau tidak.
Begitupun lo ga bisa mengukur kebahagiaan lo sendiri pake parameter orang lain sehingga merasa diri lo bahagia / ga bahagia.

Karena sesungguhnya bahagia itu apa yang datang dari hati terpancar di diri dan tak bisa didustai.

--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates