29.11.13
memory
Pernah ga lo pergi ke suatu tempat atau melihat suatu sudut mall atau bahkan hanya dengan menyebut nama tempat itu aja lo akan langsung teringat seseorang?
Ngerasa eneg sama suatu tempat karena rasanya every place you go seperti membawamu kembali ke suatu moment : senang atau sedih, bahagia atau derita.
Tapi kadang tempat yang sama dilalui oleh moment yang berbeda. Tinggal memori kita lebih kuat mengingat yang mana.
Jadi ini masalah lokasi, memori, kenangan, atau perasaan?
--CePe--
18.11.13
living cost
(ditulis pada Minggu, 17 Nov)
Membaca judul di atas semoga tidak membuat post gue kali ini terlihat seperti materi financial plan atau artikel ekonomi. Selain buka lulusan ekonomi, gue pun ga begitu ahli dalam mengatur perekonomian diri sendiri.
Santai di Minggu malam dan mengingat2 pengeluaran di bulan November ini membuat gue punya istilah sendiri.
Selain terlalu hedon, gue juga menyebutnya sebagai 'bocor alus'
*ban mobil kali ah bocor alus :p
Betapa gak., pengeluaran kecil kecil kecil namun sering itulah yang bahaya sebenernya. Ga terasa di penghujung bulan begini udah mulai ketar ketir sisa uang tinggal berapa. Ah biasa itu penyakit akhir bulan.
Terlebih lagi saat gue mulai merencanakan di bulan depan gue merencanakan mau ikut kegiatan itu, yang lalu harus diikuti dengan beli ini itu sebagai keperluannya, eh trus keingetan cita2 bulan lalu untuk beli sesuatu belum kesampean juga. Trus muter otak mana yang bisa dihemat atau dipotong biayanya. Lalu pusing sendiri.
Tiba2 teringat oleh pemberitaan beberapa waktu lalu mengenai demo buruh yang menuntut kenaikan upah. Lalu teringat pula perkataan wagub dki yang sempat bicara bahwa standar biaya hidup di kota ini minimal 4.5 juta *CMIIW yaah..
Tapi sebenernya itu pendapat dia pribadi sih., bukan based on riset atau survey.
Lalu gue jadi berpikir sendiri tentang hal ini.
Biaya yang harus gue tanggung tiap bulannya adalah :
1. listrik rumah
2. biaya keperluan rumah (isi kulkas dan segala pembersih)
3. tabungan pribadi
4. pengeluaran pribadi
Yang sebenernya saat point 1,2, dan 3 sudah dilakukan maka sisa di point 4 adalah setengah dari gaji gue. itupun jika gue bisa menghemat di point 2. Point 1 jelas ga bisa ditawar. Sedangkan point 3 tidak mau gue kurangi dari nilai minimum yang gue tetapkan sendiri., sukur2 kalo bisa diatas nilai minimum gue. Tapi kalo point 3 gue tambahkan nilainya maka akan berpengaruh pada point 4.
Sebenernya sih untuk gue yang single, fabulous, and sexy ini take home pay yang gue dapatkan adalah cukup. Tentu saja jika gue tidak harus mengeluarkan biaya di point 1 atau mengeluarkan biaya di point 2 tidak sebanyak yang gue keluarkan saat ini, mungkin nilai akumulasi point 3 gue akan lebih besar dari saat ini. Begitupun biaya yang bisa gue pakai di point 4 pasti akan bertambah nilainya.
Sebenernya ini tuh tentang tambah kurang di 4 pos utama yang ada dimana hasil akhirnya adalah sama : yaitu besaran take home pay gue.
Yang bisa gue mainin adalah pos2 kecil yang ada di point2 utama tadi.
Misalnya di point 1, gue tidak lagi memakai hair dryer 1000 watt gue tiap hari dan amazingly biaya yang gue keluarkan ga sebesar dulu.
di point 2 gue belanja di minimarket yang lebih murah dan tidak terlalu besar. Ingat kata ibu dulu, "kalo belanja di supermarket yang besar itu malah jadinya semua barang terasa perlu sehingga akhirnya semuanya mau dibeli".
di point 3, pada awal bulan gue langsung memasukan nilai minimum gue di pos ini. Jika di akhir bulan ternyata masih ada sisa, maka akan gue masukan juga ke pos ini ditambah dengan nilai minimum di bulan berikutnya.
di point 4 ini yang agak susah. Selalu saja ada pembelaan diri "ah gue kan udah kerja cape2 masa beli barang ini aja ga boleh?masa beli itu aja ga bisa?masa mau makan disana aja pake mikir?buat apa gue kerja?"
Sehingga akhirnya yang sering dikorbankan adalah point 4 sih. Hehehehe.
Namun kadang point 4 itu juga yang sering dibela terlebih dahulu.
Mpfiuh.. Jadi sebenernya mau take home pay berapapun juga tapi kalo kita nya ga bisa ngatur living cost dengan segala biaya yang ada akan susah yaah..
--CePe--
Santai di Minggu malam dan mengingat2 pengeluaran di bulan November ini membuat gue punya istilah sendiri.
Selain terlalu hedon, gue juga menyebutnya sebagai 'bocor alus'
*ban mobil kali ah bocor alus :p
Betapa gak., pengeluaran kecil kecil kecil namun sering itulah yang bahaya sebenernya. Ga terasa di penghujung bulan begini udah mulai ketar ketir sisa uang tinggal berapa. Ah biasa itu penyakit akhir bulan.
Terlebih lagi saat gue mulai merencanakan di bulan depan gue merencanakan mau ikut kegiatan itu, yang lalu harus diikuti dengan beli ini itu sebagai keperluannya, eh trus keingetan cita2 bulan lalu untuk beli sesuatu belum kesampean juga. Trus muter otak mana yang bisa dihemat atau dipotong biayanya. Lalu pusing sendiri.
Tiba2 teringat oleh pemberitaan beberapa waktu lalu mengenai demo buruh yang menuntut kenaikan upah. Lalu teringat pula perkataan wagub dki yang sempat bicara bahwa standar biaya hidup di kota ini minimal 4.5 juta *CMIIW yaah..
Tapi sebenernya itu pendapat dia pribadi sih., bukan based on riset atau survey.
Lalu gue jadi berpikir sendiri tentang hal ini.
Biaya yang harus gue tanggung tiap bulannya adalah :
1. listrik rumah
2. biaya keperluan rumah (isi kulkas dan segala pembersih)
3. tabungan pribadi
4. pengeluaran pribadi
Yang sebenernya saat point 1,2, dan 3 sudah dilakukan maka sisa di point 4 adalah setengah dari gaji gue. itupun jika gue bisa menghemat di point 2. Point 1 jelas ga bisa ditawar. Sedangkan point 3 tidak mau gue kurangi dari nilai minimum yang gue tetapkan sendiri., sukur2 kalo bisa diatas nilai minimum gue. Tapi kalo point 3 gue tambahkan nilainya maka akan berpengaruh pada point 4.
Sebenernya sih untuk gue yang single, fabulous, and sexy ini take home pay yang gue dapatkan adalah cukup. Tentu saja jika gue tidak harus mengeluarkan biaya di point 1 atau mengeluarkan biaya di point 2 tidak sebanyak yang gue keluarkan saat ini, mungkin nilai akumulasi point 3 gue akan lebih besar dari saat ini. Begitupun biaya yang bisa gue pakai di point 4 pasti akan bertambah nilainya.
Sebenernya ini tuh tentang tambah kurang di 4 pos utama yang ada dimana hasil akhirnya adalah sama : yaitu besaran take home pay gue.
Yang bisa gue mainin adalah pos2 kecil yang ada di point2 utama tadi.
Misalnya di point 1, gue tidak lagi memakai hair dryer 1000 watt gue tiap hari dan amazingly biaya yang gue keluarkan ga sebesar dulu.
di point 2 gue belanja di minimarket yang lebih murah dan tidak terlalu besar. Ingat kata ibu dulu, "kalo belanja di supermarket yang besar itu malah jadinya semua barang terasa perlu sehingga akhirnya semuanya mau dibeli".
di point 3, pada awal bulan gue langsung memasukan nilai minimum gue di pos ini. Jika di akhir bulan ternyata masih ada sisa, maka akan gue masukan juga ke pos ini ditambah dengan nilai minimum di bulan berikutnya.
di point 4 ini yang agak susah. Selalu saja ada pembelaan diri "ah gue kan udah kerja cape2 masa beli barang ini aja ga boleh?masa beli itu aja ga bisa?masa mau makan disana aja pake mikir?buat apa gue kerja?"
Sehingga akhirnya yang sering dikorbankan adalah point 4 sih. Hehehehe.
Namun kadang point 4 itu juga yang sering dibela terlebih dahulu.
Mpfiuh.. Jadi sebenernya mau take home pay berapapun juga tapi kalo kita nya ga bisa ngatur living cost dengan segala biaya yang ada akan susah yaah..
--CePe--
15.11.13
happiness
(tulisan ini dibuat Kamis, 14 Nov '13)
Another morning meeting on this week, fellas!
To be honest gue ga suka morning meeting. Butuh effort yang cukup besar untuk bangun pagi. Apalagi kalo lo abis 2 hari event di Bandung mengelilingin mall ciwalk dan kembali di Jakarta pukul 2 pagi. Terlebih lagi meeting nya ternyata sampe sore. Atau meeting pagi setelah semalemnya lo media gathering lalu lanjut ngerjain event report untuk dipresentasikan saat meeting.
I'm definitely not a morning person.
Tapi meeting pagi itu lebih efisien dari segi waktu. Setelah meeting lalu balik ke kantor dan bekerja seperti biasa atau mungkin melakukan yang tadi dibahas di meeting.
Dibanding after lunch meeting yang menurut gue agak kurang recommended. Lunch jadi buru2, mau balik ke kantor nanggung.
Gue lebih suka meeting sore hari menjelang pulang. Jadi beres meeting pulang deh. Ahahahaha.
Well., bosen ga sih baca posting gue isinya kerjaaaaaannnn muluuu..
Kalo ga meeting, event, kerja, report, proposal. Gitu aja terus yah kayaknya kehidupan gue.
Orang2 sekitar mulai dari kakak, maci (atau tante dalam bahasa Palembang), temen, bahkan Mba Boss pun ngingetin jangan kerja teruuus.
Kakak dan maci udah pasti ngebahas 'jangan kerja terus ntar keenakan kerja lupa nikah.. Umur udah pas, kerjaan ada, trus apa lagi?'
Temen2 ngingetin 'sibuk terus loooo.. Kerjaaa mulu.. Jangan jadi workaholic, sana cari pacar, buruan nikah'
Mba Boss bilang 'sana gih cuti.. Pacaraaann..'
Bahkan beberapa waktu lalu saat bbm-an dengan seorang sahabat, DA, yang sekarang sedang berbadan 2 membandingkan gue dengan boss nya di tempat kerja yang sekarang.
Ada 2 macam boss di sana.
Yang satunya semacam belum bertemu jodoh bahkan diduga belum pernah pacaran. Menurut DA, kepribadiannya ga asik dan garing. Kehidupannya kerjaaa terus bahkan di akhir pekan.
Sedangkan boss yang satunya sudah berkeluarga dan punya anak2. Kepribadiannya enak, nampak bahagia, dan bekerja tahu waktu karena tau di rumah ada keluarga yang menunggunya.
Gue merasa terganggu.
Rasanya picik jika mengukur kebahagiaan hanya dari sekedar 'bekerja, menikah, punya anak'.
Apa parameter bahagia?
Beda2 kan tiap orang.
Gue bahagia kok dengan hidup gue yang nampak sibuk dan wara wiri kesana kemari ngangkat2 kerdus atau basa basi dengan client.
Bukankah bahagia itu milik semua orang dan beda2 parameter kebahagiaannya?
Ga bisa bilang kebahagiaan sebagai sebuah stereotype sebagai 'bekerja, menikah, punya anak'.
Saat ini alhamdulillah dengan bangga gue bilang kalo gue bahagia dengan kehidupan yang gue jalanin.
Toh hidup itu adalah tentang pilihan. Gue bisa saja memilih menjalani dengan cara lain tapi apa gue bahagia?
Yang jelas, menurut gue lo ga bisa mengukur kebahagiaan orang lain pake parameter lo sendiri sehingga berhak mencap seseorang bahagia atau tidak.
Begitupun lo ga bisa mengukur kebahagiaan lo sendiri pake parameter orang lain sehingga merasa diri lo bahagia / ga bahagia.
Karena sesungguhnya bahagia itu apa yang datang dari hati terpancar di diri dan tak bisa didustai.
To be honest gue ga suka morning meeting. Butuh effort yang cukup besar untuk bangun pagi. Apalagi kalo lo abis 2 hari event di Bandung mengelilingin mall ciwalk dan kembali di Jakarta pukul 2 pagi. Terlebih lagi meeting nya ternyata sampe sore. Atau meeting pagi setelah semalemnya lo media gathering lalu lanjut ngerjain event report untuk dipresentasikan saat meeting.
I'm definitely not a morning person.
Tapi meeting pagi itu lebih efisien dari segi waktu. Setelah meeting lalu balik ke kantor dan bekerja seperti biasa atau mungkin melakukan yang tadi dibahas di meeting.
Dibanding after lunch meeting yang menurut gue agak kurang recommended. Lunch jadi buru2, mau balik ke kantor nanggung.
Gue lebih suka meeting sore hari menjelang pulang. Jadi beres meeting pulang deh. Ahahahaha.
Well., bosen ga sih baca posting gue isinya kerjaaaaaannnn muluuu..
Kalo ga meeting, event, kerja, report, proposal. Gitu aja terus yah kayaknya kehidupan gue.
Orang2 sekitar mulai dari kakak, maci (atau tante dalam bahasa Palembang), temen, bahkan Mba Boss pun ngingetin jangan kerja teruuus.
Kakak dan maci udah pasti ngebahas 'jangan kerja terus ntar keenakan kerja lupa nikah.. Umur udah pas, kerjaan ada, trus apa lagi?'
Temen2 ngingetin 'sibuk terus loooo.. Kerjaaa mulu.. Jangan jadi workaholic, sana cari pacar, buruan nikah'
Mba Boss bilang 'sana gih cuti.. Pacaraaann..'
Bahkan beberapa waktu lalu saat bbm-an dengan seorang sahabat, DA, yang sekarang sedang berbadan 2 membandingkan gue dengan boss nya di tempat kerja yang sekarang.
Ada 2 macam boss di sana.
Yang satunya semacam belum bertemu jodoh bahkan diduga belum pernah pacaran. Menurut DA, kepribadiannya ga asik dan garing. Kehidupannya kerjaaa terus bahkan di akhir pekan.
Sedangkan boss yang satunya sudah berkeluarga dan punya anak2. Kepribadiannya enak, nampak bahagia, dan bekerja tahu waktu karena tau di rumah ada keluarga yang menunggunya.
Gue merasa terganggu.
Rasanya picik jika mengukur kebahagiaan hanya dari sekedar 'bekerja, menikah, punya anak'.
Apa parameter bahagia?
Beda2 kan tiap orang.
Gue bahagia kok dengan hidup gue yang nampak sibuk dan wara wiri kesana kemari ngangkat2 kerdus atau basa basi dengan client.
Bukankah bahagia itu milik semua orang dan beda2 parameter kebahagiaannya?
Ga bisa bilang kebahagiaan sebagai sebuah stereotype sebagai 'bekerja, menikah, punya anak'.
Saat ini alhamdulillah dengan bangga gue bilang kalo gue bahagia dengan kehidupan yang gue jalanin.
Toh hidup itu adalah tentang pilihan. Gue bisa saja memilih menjalani dengan cara lain tapi apa gue bahagia?
Yang jelas, menurut gue lo ga bisa mengukur kebahagiaan orang lain pake parameter lo sendiri sehingga berhak mencap seseorang bahagia atau tidak.
Begitupun lo ga bisa mengukur kebahagiaan lo sendiri pake parameter orang lain sehingga merasa diri lo bahagia / ga bahagia.
Karena sesungguhnya bahagia itu apa yang datang dari hati terpancar di diri dan tak bisa didustai.
--CePe--
7.11.13
terharu
Bergabung di tim event majalah untuk mother & baby ini
membuat gue cukup banyak tau tentang kesehatan anak, ibu hamil, baby, dan juga
pola asuh anak. Kayaknya kalo bicara teori sih gampang dan kayaknya udah siap
banget gitu yah. Padahal mah kalo dipraktekin ke ponakan susah. Hiks..
*calon anak dan calon suami, ini salah satu usahaku untuk
menyiapkan diri menjadi yang terbaik buat kalian*
*sekaairmata
lalu gue suka terharu lihat ikatan dan kedekatan antara ibu,
ayah, dan anak.
Kemarin di acara yang di Surabaya lihat workshop pijat ibu
hamil yang dilakukan ayah ke ibu. Lalu saat sii ayah sedang memijat, ibu bilang
kalo baby di perutnya gerak2. Hiks.. terharuuuuu.. ternyata baby bisa rasain
yaah kalo ibu nya lagi dipijat ayah nya.
Trus dukungan penuh ibu dan ayah pada anak yang ikut lomba
mewarnai atau fashion show di event gue. Sama2 rempong nyiapin baju atau
peralatan sii anak, video'in sii anak di atas panggung.. atau mungkin dukungan
sederhana suami sang narasumber gue. Saat istrinya lagi on stage, dia stand by
dengan iphone untuk merekam istrinya on stage dan sambil sesekali menemani
anaknya main.
Atau dukungan suami pada istrinya yang sedang hamil seperti
ngingetin minum susu, anterin ke dokter, bahkan aktor laga yang suaminya
penyanyi itu sampe sujud syukur waktu tahu istrinya hamil.
Trus dukungan suami juga harus diberikan terus pada istrinya
pasca melahirkan.
Agar istrinya terus semangat memberikan ASIX, tidak
mengalami baby blue syndrome, atau mungkin melakukan baby moon bersama2.
Aaaakkk.....
can't wait for my turn..!!
--CePe--
6.11.13
bertemu
alhamdulillah akhirnya event gue selesai juga. Bisa dibilang project gue untuk tahun ini sudah beres. Tinggal bantu2 untuk event project majalah sebelah.
Acaranya lancar, client happy, tenant puas, audience
terhibur.
Intinya sih "anda puas kami lemas"..
Gimana ga lemas kalo tiap hari dari Selasa 29 Okt gue udah
tiba di Surabaya, event Jumat – Minggu lalu tiap hari tidur di atas jam 12 bahkan jam 4 pagi dan
mesti stand by pagi2 bahkan di hari Minggu baru kembali ke hotel jam 2 pagi
setelah mengadakan sedikit perayaan kecil2an bersama teman2 tim lalu sudah
harus buru2 ke airport paginya.
Alhasil Senin jam 4 sore setibanya gue di rumah langsung
tidur dan baru bangun jam 9 pagi keesokan harinya. Untung libur tuh,.
Ahahahaha.. kayaknya sih itu tidur terlama gue deh..
well., awalnya sempet bingung dan bertanya2 sih ngapain gue
harus berada selama itu di Surabaya dan tiba seawal itu di sana, secara kerjaan
printilan gue di Jakarta juga lumayan banyak.
Tapi gue justru bersyukur bahwa dengan gue ke Surabaya lebih
awal gue bisa meeting sana sini sama banyak orang buat pengisi acara gue.
Dan justru dengan bertatap muka secara langsung jadi banyak
hal yang lebih enak untuk dibicarakan secara langsung dan juga banyak dapetnya.
Seperti misalnya saat gue meeting sama psikolog untuk salah
satu acara, ternyata dia juga punya spa ibu dan bayi yang pada akhirnya mengisi
slot acara senam hamil bahkan ikutan jadi tenant acara gue.
Lalu saat bertemu dengan magician, ternyata dia juga bisa
story telling dan bisa menyediakan badut akrobat serta memberi link ke pengisi
acara kids percussion.
Hal2 tak terduga seperti itu yang membuat gue bersyukur bisa
bertemu langsung sama mereka. Kalo ngobrol di telepon mungkin pembicaraan tidak
bisa santai, agak terhambat, dan juga terbatas. Tapi saat bertemu jadi lebih
santai, bisa membahas banyak hal, dan lebih mudah untuk dealing sesuatu.
Sebenernya gitu juga sih dengan hubungan *eaaakk..
kalo bisa bertemu itu gue rasa bisa bicara banyak hal, fokus
perhatian pun menjadi lebih jelas dan ga ada distract dari hal2 lain. Tapi kalo
bertemu saja jarang, sekalinya bertemu seakan menghindari pembicaraan masalah,
ataupun justru malah tidak tau apa yang mau dibicarakan. Trus kalo udah gitu
mau gimana? Apalagi yang bisa dilakukan? Kadang cuma duduk diam, melakukan kegiatan
masing2, padahal gue rasa sebenernya banyak yang mau dibicarakan. Tapi kan itu
gue nya sih yah yang merasa. Kalo hanya satu orang yang merasa dan yang satunya
merasa tidak ada apa2 kan jadinya ga nyambung dan pembicaraan pasti akan
terhambat.
Yah pada intinya adalah semuanya udah stuck dan diam di satu
tempat. Maju tidak, mundur pun sungkan.
Lalu, bagaimana?
--CePe--
1.11.13
lieur, cranky, PMS, fully loaded
it's 3.33 AM, people!
whacca doin at this time right now?
tadi gue beres loading jam 2an trus balik ke hotel lalu nempel2in cue card trus beresin surat kerjasama buat tukang sulap :))
hari ini gue berasa rada not in the mood untuk bertemu orang2, meeting, briefing... apapun itu lah.
campuran antara udah eneg, cape, lieur, PMS, fully loaded.
dari hari Selasa itu setelah bertemu satu orang lalu lanjut lagi bertemu orang lain lagi.
membahas hal yang berbeda namun tetap satu, yaitu konten rangkaian acara di main stage.
yang gue temui berbeda2 orangnya karena ada berbagai macam narasumber dengan latar belakang yang beda2.
ada tukang sulap, MC radio, instruktur senam, anggota komunitas blogger, hingga sosialita Surabaya yang juga mantunya bapak yang terkenal pernah turun dari mobil untuk 'menegur' penjaga pintu tol.
selain itu hari ini gue juga siaran di radio lokal Surabaya.
kebayang yah kayak apa otak ini harus segera berpindah dari satu topik ke topik lainnya.
satu jam membahas konten acara bersama sii A, lalu di jam berikutnya sudah membahas konten acara yang berbeda dengan orang yang berbeda.
tadi saat berbincang2 dengan anggota kumpulan penulis blog itu dimulailah PMS gue ini.
tiba2 hilang mood dan drop aja gitu rasanya.
ada rasa enggan untuk berbasa basi dengan baik dan menjelaskan secara detail tentang acaranya.
tapi gue coba untuk menghadapi itu dengan tetap tersenyum, ngobrol santai dan ringan, dan ramah meladeni.
hingga saat malam harinya ketika sedang di hotel dan membuka netbook untuk bikin cue card, Mba Boss bilang ada mention di twitter acara dari sii Mba Blogger ini. beliau bilang senang bertemu dengan para admin *which means gue dan Mba Boss* yang menurutnya 'cantik dan ramah'.
astaga., rasanya seperti ditampar.
padahal tadi gue meladeni mereka dengan setengah hati sambil berusaha melawan rasa malas yang tiba2 datang.
gue merasa tidak total dalam berbincang2 dengan mereka.
tapi mereka malah bilang kami sebagai 'cantik dan ramah'.
hikss.. menyesal rasanyaaaa..
efek begadang dan kerja tanpa henti serta meeting marathon ini membuat gue kok jenuh gitu yaah..
haaa..
it's 3.44 AM now.
time to sleep kali yaahh.
secara beberapa jam lagi acara gue di hari pertama akan dimulaaaii...
i'm so damn excited..!!
--CePe--
Langganan:
Postingan (Atom)