17.3.13

jangan ada social media antara kita

Nowadays, social media menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Tua muda, anak2, siapapun tak terkecuali.
Ga cuma manusia sebagai individu, tapi juga perusahaan atau artis menjadikan social media sebagai salah satu media promosi yang cukup efektif. Tahun 2010 saat lagi bikin skripsi gue hampir menjadikan tema social media ini sebagai topik skripsi gue. Melihat fenomenalnya Facebook sebagai jejaring sosial yang cukup efektif untuk media promosi menjadikan gue tertarik mengangkatnya sebagai judul skripsi. Tapi karena akan menemukan kesulitan mendapatkan data atau narasumber, maka gue ganti judul.

Gue pun cukup aktif di jejaring sosial ini. Mulai dari jamannya Friendster saat SMA, lalu Facebook saat awal kuliah, hingga twitter pas akhir2 kuliah. Kemudian muncullah Path dan Instagram yang hanya bisa diakses oleh smartphone android atau apple itu pun gue punya.
Bisa dibilang gue cukup eksis di media sosial ini.
Mulai comment foto atau status FB yang berakhir sangat panjang dan ngalor ngidul sama temen2 genggong gue, kemudian conversation ngaco di twitter, atau munculnya hashtag #twitemak2 ala gue yang isinya twit kegiatan nyuci nyapu ngepel ala gue.

Agak ga penting sih. Tapi entah kenapa gue dan mungkin ribuan bahkan jutaan orang lain di luar sana sangat suka sekali post sesuatu di sosial media. Mulai dari pujian, cacian, curhat, galau, atau sekedar iseng.
Ada yang pernah bilang, orang2 di twitter terutama selebtwit itu adalah orang2 yang ga dapet panggung di dunia nyata hingga mereka mencari dan mendapatkan panggung di dunia maya.

Mungkin iya.
Orang2 yang merasa bahwa dia tak mendapatkan perhatian di dunia nyata lalu mencari itu di dunia maya. Lalu merasa senang saat sudah mengeluarkan uneg2nya di sosial media. Makin senang saat apa yang di post di sosial media mendapatkan respond dari followers nya.

Mungkin yang dicari manusia sebenernya adalah aktualisasi diri dan juga eksistensi diri. To see and to be seen.

Gue sendiri hampir ga bisa lepas dari sosial media ini.
Bisa dibilang gue dapet informasi penting ataupun sekedar pergosipan temen2 dari twitter.

Namun mungkin gue nya terlampau eksis di dunia twitter dan mulai mengarah ke twit ga penting serta dikhawatirkan nantinya akan merugikan diri gue sendiri.
Mungkin itu lah alasan #beibi melarang gue twitter'an. Udah cukup sering berantem gara2 twitter. Menurut gue ga penting sih, tapi mungkin itu mengganggu dia.
Lalu gue mulai mengurangi intensitas twitter'an gue. Tapi lama2 kebablasan lagi. Trus berantem lagi. Gitu aja terus.
Sampe akhirnya ada ultimatum 'kamu bisa ga ga usah twitter'an? sekali lagi ngetwit aku hapus contact bbm mu'

Belajar dari yang sudah2, gue ga bisa ngerem hasrat twitter'an gue kalo masih ada aplikasi twitter di blackberry gue sehingga akhirnya gue memutuskan menghapus aplikasi twitter di blackberry gue.
dan tanpa disadari ternyata gue bisa melewati hari2 dan masa2 bengong gue tanpa twitter.
Sekarang udah 2 mingguan gue bebas dari twitter.
Yang gue lakukan saat bengong2 adalah bbm, iseng2 cek FB *teteup loh yeh..* atau ngapain kek gitu.
Hidup gue jadi gak kepo lagi loh. Hahahahaha. Agak tenang gitu rasanya.

Berawal dari berantem2 ga penting, lalu tercetus ultimatum, akhirnya gue bisa 'sembuh' dari kecanduan sosial media ini. Hahahahaha.

Thanks to you #beibi
#titikduabintang


--CePe--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please do not be hesitate to speak up your mind

 
blog design by suckmylolly.com | Distributed by Deluxe Templates