Perenungan yang gue lakukan bikin gue menemukan sebuah pengakuan bahwa ternyata memang gue yang salah.
Keegoisan gue yang selalu merasa bahwa hanya gue yang fight buat hubungan ini bikin gue ga melihat apa yang udah dia lakukan di seberang sana.
Hingga saat terjadi sebuah pengakuan yang bikin gue sadar bahwa sebenarnya dia juga berjuang.
Untuk ngertiin gue, untuk memahami perasaan dia, untuk menahan kekesalannya atas keras kepalanya gue, dan untuk tetap bertahan di atas semua kebimbangan yang dia alami.
Gue egois. Hanya melihat dari sisi gue aja. Keegoisan gue menutup mata gue untuk melihat hal lain. Membutakan hati gue buat mengerti bahwa gue ga berjuang sendirian.
Mungkin juga gue masih belum dewasa untuk menghargai komitmen.
Bisa jadi juga karena sikap gue yang childish membuat gue jadi makin dilarang justru makin nantang dan dikasih kebebasan malah kebablasan.
Atau gue yang ga pernah mengindahkan peringatan dia : nurut kalo mau disayang.
Gue udah ga tau lagi mana dan apa dan siapa yang salah.
Satu yang gue inget dari dia, kalo mau di cari salahnya ga akan ada abisnya. Lebih baik cari solusi dan penyelesaiannya.
Gue minta dia (dan gue) untuk saling menahan diri. Setidaknya sampai kita bisa bertatap muka secara langsung sehingga mata dapat saling melihat. Itu yang dilakukan orang dewasa dalam menyelesaikan masalah, kan.?
--CePe--
24.4.10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
untuk hal "keras kepala" kita sama, chepp. Sama-sama rebel, dan paling ga bisa diatur.
BalasHapusSetuju ma kata-kata elo di atas, jangan pernah coba cari siapa yang salah. Karena menurut gw, walaupun elo tulis "(gue) yang salah" hati kecil elo pasti bakal tetep nolak hal itu dan bilang ga cuma gw yg salah di sini.
Jadi yang bisa kita lakukan saat ini adalah bersemedi, merenungi apa saja yang sudah kita lakukan. Terhadap orang-orang di sekitar kita (ga cuma pacar), juga terhadap diri kita sendiri. Dalam rangka menjadi "gw yang lebih baik lagi"..
*hehehehe,,maap ya kalo bahasanya mbingungin. maklum bisa buat latar belakang masalah. =))