Nowadays, social media menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia modern. Tua muda, anak2, siapapun tak terkecuali.
Ga cuma manusia sebagai individu, tapi juga perusahaan atau artis
menjadikan social media sebagai salah satu media promosi yang cukup
efektif. Tahun 2010 saat lagi bikin skripsi gue hampir menjadikan tema
social media ini sebagai topik skripsi gue. Melihat fenomenalnya
Facebook sebagai jejaring sosial yang cukup efektif untuk media promosi
menjadikan gue tertarik mengangkatnya sebagai judul skripsi. Tapi karena
akan menemukan kesulitan mendapatkan data atau narasumber, maka gue
ganti judul.
Gue pun cukup aktif di jejaring sosial ini. Mulai dari jamannya
Friendster saat SMA, lalu Facebook saat awal kuliah, hingga twitter pas
akhir2 kuliah. Kemudian muncullah Path dan Instagram yang hanya bisa
diakses oleh smartphone android atau apple itu pun gue punya.
Bisa dibilang gue cukup eksis di media sosial ini.
Mulai comment foto atau status FB yang berakhir sangat panjang dan
ngalor ngidul sama temen2 genggong gue, kemudian conversation ngaco di
twitter, atau munculnya hashtag #twitemak2 ala gue yang isinya twit
kegiatan nyuci nyapu ngepel ala gue.
Agak ga penting sih. Tapi entah kenapa gue dan mungkin ribuan bahkan
jutaan orang lain di luar sana sangat suka sekali post sesuatu di sosial
media. Mulai dari pujian, cacian, curhat, galau, atau sekedar iseng.
Ada yang pernah bilang, orang2 di twitter terutama selebtwit itu adalah
orang2 yang ga dapet panggung di dunia nyata hingga mereka mencari dan
mendapatkan panggung di dunia maya.
Mungkin iya.
Orang2 yang merasa bahwa dia tak mendapatkan perhatian di dunia nyata
lalu mencari itu di dunia maya. Lalu merasa senang saat sudah
mengeluarkan uneg2nya di sosial media. Makin senang saat apa yang di
post di sosial media mendapatkan respond dari followers nya.
Mungkin yang dicari manusia sebenernya adalah aktualisasi diri dan juga eksistensi diri. To see and to be seen.
Gue sendiri hampir ga bisa lepas dari sosial media ini.
Bisa dibilang gue dapet informasi penting ataupun sekedar pergosipan temen2 dari twitter.
Namun mungkin gue nya terlampau eksis di dunia twitter dan mulai
mengarah ke twit ga penting serta dikhawatirkan nantinya akan merugikan
diri gue sendiri.
Mungkin itu lah alasan #beibi melarang gue twitter'an. Udah cukup sering
berantem gara2 twitter. Menurut gue ga penting sih, tapi mungkin itu
mengganggu dia.
Lalu gue mulai mengurangi intensitas twitter'an gue. Tapi lama2 kebablasan lagi. Trus berantem lagi. Gitu aja terus.
Sampe akhirnya ada ultimatum 'kamu bisa ga ga usah twitter'an? sekali lagi ngetwit aku hapus contact bbm mu'
Belajar dari yang sudah2, gue ga bisa ngerem hasrat twitter'an gue kalo
masih ada aplikasi twitter di blackberry gue sehingga akhirnya gue
memutuskan menghapus aplikasi twitter di blackberry gue.
dan tanpa disadari ternyata gue bisa melewati hari2 dan masa2 bengong gue tanpa twitter.
Sekarang udah 2 mingguan gue bebas dari twitter.
Yang gue lakukan saat bengong2 adalah bbm, iseng2 cek FB *teteup loh yeh..* atau ngapain kek gitu.
Hidup gue jadi gak kepo lagi loh. Hahahahaha. Agak tenang gitu rasanya.
Berawal dari berantem2 ga penting, lalu tercetus ultimatum, akhirnya gue
bisa 'sembuh' dari kecanduan sosial media ini. Hahahahaha.
Thanks to you #beibi
#titikduabintang
--CePe--
17.3.13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
please do not be hesitate to speak up your mind