Cape tapi senang dan puas!
Malam ini gue nonton pementasan Teater Koma,'Sampek Engtay' di GKJ.
Berawal dari drama #beibi agak2 ga setuju begitu tau pementasan selesai jam 12 malam, hingga hujan deras menjelang keberangkatan gue menuju GKJ.
Lalu dengan berbekal payung pink uniqlo oleh2 ibu ku dari Negeri Sakura, gue jalan kaki dari kantor menuju pangkalan ojek, bajaj, atau taksi.
Pikir2 kalo naik ojek gue akan kebasahan, naik taksi akan kena macet, maka gue naik bajaj BBG bercat biru.
Setelah sepakat harga gue pun langsung cuss diantar abang bajaj ke GKJ.
di bajaj sempet2nya gue sisiran, bedakan, semprot2 body spray. Bahkan gue pun pake lipgloss di bajaj. dan ternyata gue salah oles. Alih2 lipgloss, itu adalah lipstik.
Jadilah pas turun bajaj gue nampak seperti abis minum darah,, secara rada clemotan gitu lipstiknya. Hahahahaha.
Clingak clinguk di lobby teater GKJ, ga disangka2 gue ketemu kakak pelatih teater gue waktu SMA. Sedikit berbasa-basi hingga gong berbunyi tanda pementasan akan dimulai dan kita pun berpisah.
Gue kembali menguhubungi temen gue yang sudah tiba duluan&memegang tiket, NT dan temen kantornya.
Seketemunya kami,, sempet2nya dongs poto2 di backwall Teater Koma. Hihihihi.
dan pertunjukan dimulai...
Overall untuk gue yang tiap tahun seperti merasa ada panggilan dan kewajiban nonton Teater Koma, pementasan kali ini bener2 ditunggu2.
Namun kalau boleh jujur gue pribadi agak kurang sreg sama pementasan kali ini. Terlalu banyak komedi dan berlebihan. Mungkin akan lebih baik jika komedinya diselipkan sedikit2 saja atau hanya dilakonkan oleh beberapa peran.
Tapi mungkin memang pementasan Sampek Engtay ini ingin bergenre komedi agar tidak menye2 khas drama percintaan dan kasih tak sampai.
Akhir adegannya cukup mengiris hati.
Saat dimana pengantin wanita Engtay melewati makam Sampek.
Disitu Engtay berkata,'aku akan mengetuk tusuk konde ini ke kuburanmu 3x. jika memang kita berjodoh maka kuburanmu akan terbuka dan aku akan masuk melebur jadi satu dengan jasadmu. Jika kita tidak berjodoh, maka aku akan tetap menikah dengan Macun...'
Lalu diketuklah kuburan itu dan nisannya pun terbuka lalu Engtay masuk ke dalamnya.
Merasa tak terima, Macun menyuruh anak buahnya membongkar kuburan. Namun isinya kosong, hanya 2 buah batu berwarna biru yang kemudian keluarlah kupu2 jelmaan Sampek dan Engtay.
Usai pementasan as usual gue poto2 sama pemerannya.
Mulai dari Sampek di main stage hingga mengejar Engtay serta Rangga Riantiarno ke backstage.
Di panggung saat sedang mengejar Sampek, gue ketemu sama salah satu pemain drama musikal produksi majalah gue yang juga (mantan) penyiar HRFM, Danar Gumilang.
Saat di backstage pun lagi2 bertemu wajah yang gue kenal. MC di event job fair pertama gue yang belakangan menjadi news anchor Kompas TV, Andre Sinaga.
Setelah poto2 dan ngobrol2 singkat dengan Nano dan Rangga Riantiarno serta pemeran Engtay, gue pun pulang dijemput kakak gue.
Usai sudah hari Rabu, 20 Maret 2013 gue.
ini sudah memasuki hari Kamis.
Mari istirahat bersama rembulan menunggu mentari.
--CePe--
21.3.13
19.3.13
Limit
Ada yang bilang dunia luas tak berbatas.
Ada pula yang berprinsip dalam berusaha dan bekerja, langit adalah batasnya.
Namun dalam menghadapi sesuatu manusia terkadang menemui batasan yang membuat ia terduduk dan ingin mengangkat tangan tanda menyerah.
Ada kalanya diri ini merasa cukup lelah dengan menjadi orang yang bawel namun hanya mendapatkan jawaban 'iyah', 'iya' dan 'iyah' tiap kalinya.
Rasa cape dan jenuh karena terus dan terus mengingatkan namun merasa tak pernah diindahkan membuat gue bingung.
inikah batasanku? Haruskah berhenti dan membiarkan saja sesukanya?
ini bentuk sayang dan peduli gue. Kalo gue ga sayang, gue ga akan peduli, ga akan juga gue jadi bawel.
Tapi lama2 kesel, jengkel, sebel, cape, bingung dan hampir menyerah.
Rasanya pengen nangis saking udah stuck dan ga tau lagi mesti gimana.
Jujur terkadang pula terbesit sedikit ragu, ga percaya dan curiga. Benarkah semua ini benar seperti apa yang terucap?
Pandangan mata yang terhalang oleh jarak semakin memositifkan pikiran negatif yang terlintas.
Kadang saat lelah, kesal dan akan menyerah gue cukup mengingat2 apa yang sudah dilewati bersama. Terkadang cukup membantu.
Namun sekali lagi,
dalam menghadapi sesuatu manusia terkadang menemui batasan yang membuat ia terduduk dan ingin mengangkat tangan tanda menyerah.
--CePe--
Ada pula yang berprinsip dalam berusaha dan bekerja, langit adalah batasnya.
Namun dalam menghadapi sesuatu manusia terkadang menemui batasan yang membuat ia terduduk dan ingin mengangkat tangan tanda menyerah.
Ada kalanya diri ini merasa cukup lelah dengan menjadi orang yang bawel namun hanya mendapatkan jawaban 'iyah', 'iya' dan 'iyah' tiap kalinya.
Rasa cape dan jenuh karena terus dan terus mengingatkan namun merasa tak pernah diindahkan membuat gue bingung.
inikah batasanku? Haruskah berhenti dan membiarkan saja sesukanya?
ini bentuk sayang dan peduli gue. Kalo gue ga sayang, gue ga akan peduli, ga akan juga gue jadi bawel.
Tapi lama2 kesel, jengkel, sebel, cape, bingung dan hampir menyerah.
Rasanya pengen nangis saking udah stuck dan ga tau lagi mesti gimana.
Jujur terkadang pula terbesit sedikit ragu, ga percaya dan curiga. Benarkah semua ini benar seperti apa yang terucap?
Pandangan mata yang terhalang oleh jarak semakin memositifkan pikiran negatif yang terlintas.
Kadang saat lelah, kesal dan akan menyerah gue cukup mengingat2 apa yang sudah dilewati bersama. Terkadang cukup membantu.
Namun sekali lagi,
dalam menghadapi sesuatu manusia terkadang menemui batasan yang membuat ia terduduk dan ingin mengangkat tangan tanda menyerah.
--CePe--
17.3.13
jangan ada social media antara kita
Nowadays, social media menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia modern. Tua muda, anak2, siapapun tak terkecuali.
Ga cuma manusia sebagai individu, tapi juga perusahaan atau artis menjadikan social media sebagai salah satu media promosi yang cukup efektif. Tahun 2010 saat lagi bikin skripsi gue hampir menjadikan tema social media ini sebagai topik skripsi gue. Melihat fenomenalnya Facebook sebagai jejaring sosial yang cukup efektif untuk media promosi menjadikan gue tertarik mengangkatnya sebagai judul skripsi. Tapi karena akan menemukan kesulitan mendapatkan data atau narasumber, maka gue ganti judul.
Gue pun cukup aktif di jejaring sosial ini. Mulai dari jamannya Friendster saat SMA, lalu Facebook saat awal kuliah, hingga twitter pas akhir2 kuliah. Kemudian muncullah Path dan Instagram yang hanya bisa diakses oleh smartphone android atau apple itu pun gue punya.
Bisa dibilang gue cukup eksis di media sosial ini.
Mulai comment foto atau status FB yang berakhir sangat panjang dan ngalor ngidul sama temen2 genggong gue, kemudian conversation ngaco di twitter, atau munculnya hashtag #twitemak2 ala gue yang isinya twit kegiatan nyuci nyapu ngepel ala gue.
Agak ga penting sih. Tapi entah kenapa gue dan mungkin ribuan bahkan jutaan orang lain di luar sana sangat suka sekali post sesuatu di sosial media. Mulai dari pujian, cacian, curhat, galau, atau sekedar iseng.
Ada yang pernah bilang, orang2 di twitter terutama selebtwit itu adalah orang2 yang ga dapet panggung di dunia nyata hingga mereka mencari dan mendapatkan panggung di dunia maya.
Mungkin iya.
Orang2 yang merasa bahwa dia tak mendapatkan perhatian di dunia nyata lalu mencari itu di dunia maya. Lalu merasa senang saat sudah mengeluarkan uneg2nya di sosial media. Makin senang saat apa yang di post di sosial media mendapatkan respond dari followers nya.
Mungkin yang dicari manusia sebenernya adalah aktualisasi diri dan juga eksistensi diri. To see and to be seen.
Gue sendiri hampir ga bisa lepas dari sosial media ini.
Bisa dibilang gue dapet informasi penting ataupun sekedar pergosipan temen2 dari twitter.
Namun mungkin gue nya terlampau eksis di dunia twitter dan mulai mengarah ke twit ga penting serta dikhawatirkan nantinya akan merugikan diri gue sendiri.
Mungkin itu lah alasan #beibi melarang gue twitter'an. Udah cukup sering berantem gara2 twitter. Menurut gue ga penting sih, tapi mungkin itu mengganggu dia.
Lalu gue mulai mengurangi intensitas twitter'an gue. Tapi lama2 kebablasan lagi. Trus berantem lagi. Gitu aja terus.
Sampe akhirnya ada ultimatum 'kamu bisa ga ga usah twitter'an? sekali lagi ngetwit aku hapus contact bbm mu'
Belajar dari yang sudah2, gue ga bisa ngerem hasrat twitter'an gue kalo masih ada aplikasi twitter di blackberry gue sehingga akhirnya gue memutuskan menghapus aplikasi twitter di blackberry gue.
dan tanpa disadari ternyata gue bisa melewati hari2 dan masa2 bengong gue tanpa twitter.
Sekarang udah 2 mingguan gue bebas dari twitter.
Yang gue lakukan saat bengong2 adalah bbm, iseng2 cek FB *teteup loh yeh..* atau ngapain kek gitu.
Hidup gue jadi gak kepo lagi loh. Hahahahaha. Agak tenang gitu rasanya.
Berawal dari berantem2 ga penting, lalu tercetus ultimatum, akhirnya gue bisa 'sembuh' dari kecanduan sosial media ini. Hahahahaha.
Thanks to you #beibi
#titikduabintang
--CePe--
Ga cuma manusia sebagai individu, tapi juga perusahaan atau artis menjadikan social media sebagai salah satu media promosi yang cukup efektif. Tahun 2010 saat lagi bikin skripsi gue hampir menjadikan tema social media ini sebagai topik skripsi gue. Melihat fenomenalnya Facebook sebagai jejaring sosial yang cukup efektif untuk media promosi menjadikan gue tertarik mengangkatnya sebagai judul skripsi. Tapi karena akan menemukan kesulitan mendapatkan data atau narasumber, maka gue ganti judul.
Gue pun cukup aktif di jejaring sosial ini. Mulai dari jamannya Friendster saat SMA, lalu Facebook saat awal kuliah, hingga twitter pas akhir2 kuliah. Kemudian muncullah Path dan Instagram yang hanya bisa diakses oleh smartphone android atau apple itu pun gue punya.
Bisa dibilang gue cukup eksis di media sosial ini.
Mulai comment foto atau status FB yang berakhir sangat panjang dan ngalor ngidul sama temen2 genggong gue, kemudian conversation ngaco di twitter, atau munculnya hashtag #twitemak2 ala gue yang isinya twit kegiatan nyuci nyapu ngepel ala gue.
Agak ga penting sih. Tapi entah kenapa gue dan mungkin ribuan bahkan jutaan orang lain di luar sana sangat suka sekali post sesuatu di sosial media. Mulai dari pujian, cacian, curhat, galau, atau sekedar iseng.
Ada yang pernah bilang, orang2 di twitter terutama selebtwit itu adalah orang2 yang ga dapet panggung di dunia nyata hingga mereka mencari dan mendapatkan panggung di dunia maya.
Mungkin iya.
Orang2 yang merasa bahwa dia tak mendapatkan perhatian di dunia nyata lalu mencari itu di dunia maya. Lalu merasa senang saat sudah mengeluarkan uneg2nya di sosial media. Makin senang saat apa yang di post di sosial media mendapatkan respond dari followers nya.
Mungkin yang dicari manusia sebenernya adalah aktualisasi diri dan juga eksistensi diri. To see and to be seen.
Gue sendiri hampir ga bisa lepas dari sosial media ini.
Bisa dibilang gue dapet informasi penting ataupun sekedar pergosipan temen2 dari twitter.
Namun mungkin gue nya terlampau eksis di dunia twitter dan mulai mengarah ke twit ga penting serta dikhawatirkan nantinya akan merugikan diri gue sendiri.
Mungkin itu lah alasan #beibi melarang gue twitter'an. Udah cukup sering berantem gara2 twitter. Menurut gue ga penting sih, tapi mungkin itu mengganggu dia.
Lalu gue mulai mengurangi intensitas twitter'an gue. Tapi lama2 kebablasan lagi. Trus berantem lagi. Gitu aja terus.
Sampe akhirnya ada ultimatum 'kamu bisa ga ga usah twitter'an? sekali lagi ngetwit aku hapus contact bbm mu'
Belajar dari yang sudah2, gue ga bisa ngerem hasrat twitter'an gue kalo masih ada aplikasi twitter di blackberry gue sehingga akhirnya gue memutuskan menghapus aplikasi twitter di blackberry gue.
dan tanpa disadari ternyata gue bisa melewati hari2 dan masa2 bengong gue tanpa twitter.
Sekarang udah 2 mingguan gue bebas dari twitter.
Yang gue lakukan saat bengong2 adalah bbm, iseng2 cek FB *teteup loh yeh..* atau ngapain kek gitu.
Hidup gue jadi gak kepo lagi loh. Hahahahaha. Agak tenang gitu rasanya.
Berawal dari berantem2 ga penting, lalu tercetus ultimatum, akhirnya gue bisa 'sembuh' dari kecanduan sosial media ini. Hahahahaha.
Thanks to you #beibi
#titikduabintang
--CePe--
Langganan:
Postingan (Atom)